Dari tahun ke tahun, permintaan mobil terus bertambah. Produsen mobil pun menyambut baik dengan meningkatkan produksinya. Bahkan kita sering dibuat bingung memilih varian mobil saking banyaknya pilihan.
Hampir setiap tahun produsen mobil berlomba untuk mengeluarkan produk baru atau setidaknya versi baru dari keluaran sebelumnya. Sehingga baru berusia setahun saja mobil kita sudah terancam ketinggalan zaman.
Namun ini memunculkan masalah baru yaitu salah satunya lingkungan. Semakin banyaknya mobil melintas di jalan, semakin banyak pula produksi karbon yang dihasilkan. Hal ini membuat isu lingkungan menjadi faktor pendorong para produsen mobil untuk berinovasi.
Salah satu yang lagi hangat adalah mobil listrik. Konsep mobil yang sudah ditemukan sejak 1832 oleh Robert Anderson ini nampaknya menjadi perhatian banyak produsen saat ini. Pasalnya banyak yang meyakini bahwa ini bisa menjadi jawaban atas isu lingkungan yang berkembang. Di samping juga banyak yang skeptis atas mobil listrik.
Bagi mereka yang percaya, mobil listrik merupakan kabar baik saat dunia mencoba untuk semakin melepaskan diri dari bahan bakar fosil yang menghasilkan emisi gas rumah kaca. Para ahli menyatakan, kendaraan listrik menghasilkan segi jejak karbon alias carbon footprint yang lebih rendah dibandingkan kendaraan dengan mesin pembakaran internal.
Tahun lalu, para peneliti dari Universitas Cambridge, Exeter, dan Nijmegen mengemukakan bahwa mengendarai mobil listrik lebih baik untuk lingkungan daripada mengendarai mobil berbahan bakar minyak.
Namun bagi pihak yang skeptis, mereka mempertanyakan, apakah benar mobil listrik lebih ramah lingkungan daripada mobil berbahan bakar minyak?
Pasalnya, untuk mengisi ulang baterai mobil listrik, diperlukan energi listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Dan ini masih mayoritas walaupun sudah ada yang mengusung gagasan baru.
Di sisi lain, produksi baterai untuk mobil listrik juga mengonsumsi banyak energi. Sebuah studi dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) Energy Initiative menemukan bahwa pembuatan baterai untuk kendaraan listrik sebenarnya menghasilkan emisi yang lebih tinggi daripada produksi mobil konvensional.
Namun, biaya lingkungan yang lebih tinggi tersebut diimbangi oleh efisiensi energi kendaraan listrik yang lebih unggul dari waktu ke waktu.
Singkatnya, mobil listrik jauh masih lebih ramah lingkungan daripada mobil konvensional. Namun hal ini akan lebih baik lagi kalau energi listrik dari sumber energi terbarukan menggantikan pembangkit listrik berbahan bakar fosil.